Rabu, 14 Desember 2016


polarisabilitas
           polarisabilitas adalah milik molekul kimia. Ini menggambarkan kemampuan molekul untuk menanggapi medan listrik. molekul memakan waktu sampai momen dipol listrik. Fungsi gelombang molekul begitu terganggu dengan pendekatan biaya ekster
H menjadi kesalahan, μ menunjukkan momen dipol induksi dan E medan listrik. The polarisabilitas α sendiri didefinisikan oleh
            Dengan demikian, semakin tinggi adalah polarisabilitas itu, semakin mudah untuk menginduksi momen dipol. Medan listrik dapat memiliki berbagai penyebab. Hal ini dapat berasal dari elektroda eksternal atau dari molekul lain.
            polarisabilitas yang mempengaruhi banyak sifat molekul, misalnya indeks bias dan aktivitas optik. Sifat-sifat cairan dan padatan (yaitu akumulasi dari banyak molekul) juga ditentukan oleh polarisabilitas,Hubungan sederhana antara diinduksi momen dipol p → ind dan listrik kekuatan medan e → lokal adalah lokasi molekul

di mana α alpha polarisabilitas (di sini skalar)

Namun, yang disebutkan di atas linear, hubungan isotropik hanya perkiraan. polarisabilitas tergantung (kecuali molekul bola simetris seperti CCl4) pada arah, karena α , alpha adalah tensor a. Dalam α atas pekerja alpha sehingga merupakan atas segala arah rata-rata polarisabilitas. Dalam medan listrik yang kuat (misalnya laser) istilah nonlinier yang harus dipertimbangkan tambahan.


polarisabilitas adalah properti dari molekul dan atom. Ini adalah ukuran dari pengalihan relatif positif dengan muatan negatif dalam molekul / atom dalam penerapan medan listrik eksternal. Sejak momen dipol listrik induksi, hal itu disebut Polarisasi. Dengan demikian, semakin tinggi adalah polarisabilitas, semakin mudah itu adalah momen dipol terinduksi oleh medan listrik. polarisabilitas ini terdiri dari sebuah elektronik (pergeseran awan elektron relatif terhadap core), dan komponen ionik (perpindahan ion positif relatif terhadap ion negatif).

Gaya Dipol-dipol terinduksi

Suatu molekul polar yang berdekatan dengan molekul nonpolar, akan dapat menginduksi molekul nonpolar. Akibatnya. Molekul nonpolar memiliki dipol terinduksi. Dipol dari molekul polar akan saling tarik-menarik dengan dipol terinduksi dari molekul nonpolar. Contohnya terjadi pada interaksi antara HCl (molekul polar) dengan Cl2 (molekul nonpolar).



Gaya Dipol Sesaat-Dipol Terinduksi (Gaya dispersi London)

-          Gaya antarmolekul ini umumnya dimiliki senyawa kovalen nonpolar yang tidak memiliki dipol (memiliki muatan namun tidak terkutubkan).

-          Molekul-molekul pada senyawa kovalen nonpolar tersusun dari inti atom dan elektron-elektron yang selalu bergerak bebas. Karena elektron selalu bergerak, muatan pada molekul nonpolar akhirnya terkutubkan (dipol sesaat) yang kemudian dapat menginduksi molekul nonpolar lainnya (dipol terinduksi).

-          Gaya antarmolekul ini dikenal dengan sebutan gaya dispersi London.


Gaya Dipol-dipol

-          Merupakan gaya yang bekerja antara molekul-molekul polar (senyawa kovalen polar), yaitu molekul-molekul yang memiliki momen dipol.

-          Setiap senyawa kovalen polar memiliki dipol, yaitu muatan yang terpolarisasi (terkutubkan) menjadi muatan positif dan negatif.

-          Dipol-dipol yang berbeda akan saling tarik-menarik, sedangkan yang berlawanan akan tolak-menolak. Makin besar momen dipolnya, semakin kuat gayanya



Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya tarikan antara molekul (atom H dan atom lain):

- Elektronegativitas, adalah suatu ukuran kecenderungan atom untuk menarik   pasangan elektron ikatan. Jika atom-atom memiliki elektronegatifitas yang setara, keduanya memiliki kecenderungan yang sama untuk menarik pasangan elektron ikatan, dan karena itu akan ditemukan setengah rata-rata antara kedua atom,  sebagai contoh, pada molekul H2 atau Cl2. “semakin besar perbedaan keelektronegatifan atom dalam suatu molekul atau antarmolekul, maka semakin kuat ikatan hidrogen”

-  Polaritas, adalah kepolaran suatu unsur yang berikatan dengan  unsur lain dan      masih         terdapat pasangan elektron bebas pada pusat molekulnya.. “Semakin banyak pasangan elektron bebas (pasangan elektron tak berikatan), maka semakin mudah membentuk ikatan hidrogen”



Gaya Antarmolekul

Gaya antarmolekul merupakan interaksi antarsatu molekuI dengan molekul lain, baik sejenis maupun berbeda jenis. Gaya antarmolekul disebut juga sebagai Gaya van der Waals.

Jenis-Jenis gaya antarmolekul

A.   Gaya dipol sesaat-dipol induksian (gaya London)
Gaya London adalah interaksi yang terjadi antarmolekul nonpolar, baik antarmolekul nonpolar sejenis maupun antarmolekul nonpolar berlainan jenis. Gaya London merupakan gaya yang paling lemah. Meskipun demikian, adanya gaya London menyebabkan senyawa-senyawa nonpolar dapat dicairkan atau dipadatkan.

Proses terjadinya gaya London dapat dijelaskan sebagai berikut.
1.       Perputaran elektron pada suatu molekul menyebabkan polarisasi rapatan elektron dalam waktu yang singkat. Hal ini menyebabkan pusat muatan positif dan negatif memisah sehingga molekul dikatakan memiliki dipol sesaat.
2.       Dalam waktu yang singkat pula, dipol sesaat ini akan hilang dan timbul kembali. Hal ini terjadi secara terus menerus. Apabila di dekatnya terdapat molekul nonpolar sejenis atau berlainan jenis, maka molekul dipol sesaat akan menginduksi (mengimbas) molekul tersebut sehingga terjadi dipol induksian.
3.     Setelah kedua molekul tersebut membentuk dipol sesaat dan dipol induksian, di antara keduanya akan terjadi gaya tarik elektrostatik yang disebut gaya London.

Gaya london dapat terjadi antara:
– molekul CCl4 dalam cairan CCl4 (sejenis); dan
– molekul CCl4 dengan molekul CS2 (berbeda jenis).
Molekul-molekul dengan interaksi gaya London, mempunyai sifat fisik (titik didih dan titik lebur) yang berbeda. Semakin banyak elektron yang dimiliki, maka semakin mudah membentuk polarisasi. Akibatnya gaya London yang terjadi semakin kuat. Hal ini menyebabkan titik didih dan titik lebur senyawa semakin tinggi. Misalnya, titik didih larutan CCl4 lebih tinggi dibandingkan titik didih larutan CH4. Hal ini terjadi karena jumlah elektron CCl4 = 74 lebih banyak dibandingkan jumlah elektron CH4 = 10.

Jumlah elektron dalam suatu molekul berbanding lurus dengan massa molekulnya oleh karena itu kebolehpolaransuatu molekul semakin tinggi dengan bertambahnya massa molekulnya. Kenaikan kebolehpolaran molekul menyebabkan semakin mudahnya molekul tersebut membentuk dipol sesaat dan dipol induksian sehingga gaya london yang yang terjadi in kuat.
Adanya gaya london antara molekul-molekul nonpolar menyebabkan pada waktu peleburan dan pendidihan diperlukan sejumlah enengi untuk memperbesar jarak antara molekul-molekul nonpolar. Semakin kuat gaya london antar molekul-molekul, semakin besar pula energi yang digunakan untuk terjadinya peleburan dan pendidihan. Hal ini ditunjukkan dengan titik lebur dan titik didih zat seperti contoh pada tabel
Zat
Bentuk
Jumlah Elektron
Ar (Mr)
t.1 (°C)
t.d (°C)
He
Bola
2
4,003
-270
-269
Ne
Bola
10
20,18
-249
-246
Ar
Bola
18
39,95
-189
-186
Kr
Bola
36
83,80
-157
-152
Xe
Bola
54
131,3
-112
-108
H
Linear
2
2,1060
-259
-252
N
Linear
14
28,0134
-210
-196
O
Linear
16
31,9988
-218
-183
F
Linear
18
37,9968
-220
-188
Cl
Linear
34
70,906
-101
-34,7
Br
Linear
106
159,808
-7,2
58,8
I
Linear
106
235,8090
114
184
CH
Tetrahedral
10
16,0334
-182
-162
CF
Tetrahedral
42
88,00
-184
-129
CCl
Tetrahedral
74
153,82
-23,0
76,8
CBr
Tetrahedral
146
331,65
92
190
Pengaruh kenaikan kekuatan gaya london terhadap titik lebur dan titik didih zat yang teramati pada sejumlah alkana tidak bercabang terlihat bahwa titik lebur dan titik didih alkana tidak bercabang cenderung naik dengan bertambahnya massa molekul alkana. Hal ini terjadi karena bertambahnya massa molekul alkana menyebabkan bertambahnya gaya londonantara molekul-molekul alkana. Kenaikan gaya london juga terlihat pada fase alkana. Semakin banyak jumlah atom karbon pada alkana, fase alkana semakin dekat dengan fase terkondensasi (fase cair dan padat). Pada temperatur ruang, alkana tidak bercabang dengan jumlah atom sampai empat memiliki vase gas, lima sampai sembilanbelas memiliki fase cair, dua puluh atau lebih memiliki fase padat.

sumber :










8 komentar:

  1. Terimakasih materinya..Maaf, bagaimana peristiwa polarizabilitas pada senyawa aromatis ya? Trmksh

    BalasHapus
  2. Terima kasih sangat bermanfaat. Bagaimana efek energi dari molekul yang mengalami polarisabilitas? Mohon penjelsannya

    BalasHapus
  3. Terima kasih atas sharing ilmunya. Semoga kedepannya lebih baik lagi dan senantiasa memposting hal-hal yang bermanfaat. semangat:)

    BalasHapus
  4. Terima kasih atas materinya, saya ingin bertanya bagaimana pengaruh keelektronegatifan pada senyawa yang mengalami polarisabilitas? mohon penjelasannya ya

    BalasHapus
  5. Untuk efek energi yg mengalami polarisabilitas akan semakin besar, di karenakan adanya aliran elektron yg d transfer.
    Untu senyawa aromatik mohon maaf saya blom cukup memehami.

    BalasHapus
  6. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  7. terimakasih atas materi yang telah diberikan, hanya sedikit saran untuk penulisan selanjutnya lebih rapi lagi yah :)

    BalasHapus
  8. Terima kasih, materinya dapat dijadikan referensi

    BalasHapus