Gaya van der Waals
Dalam ilmu kimia
merujuk pada jenis gaya antara molekul. Istilah ini pada awalnya merujuk pada jenis gaya
antarmolekul, dan hingga saat ini masih digunakan dalam pengertian tersebut,
tetapi saat ini lebih umum merujuk pada gaya-gaya yang timbul dari polarisasi
molekul menjadi dipol. Hal ini mencakup
gaya yang timbul dari dipol tetap (gaya Keesom), dipol rotasi
atau bebas (gaya Debye) serta
pergeseran distribusi awan elektron (gaya London).
Nama gaya ini diambil dari nama kimiawan Belanda Johannes van der Waals, yang pertama kali
mencatat jenis gaya ini. Potensial
Lennard-Jones sering digunakan sebagai model hampiran untuk gaya van
der Waals sebagai fungsi dari waktu.
Interaksi van der Waals teramati pada gas mulia, yang amat stabil dan
cenderung tak berinteraksi. Hal ini menjelaskan sulitnya gas mulia untuk
mengembun. Tetapi, makin besar ukuran atom gas mulia (makin banyak elektronnya)
makin mudah gas tersebut berubah menjadi cairan.
Defenisi Ikatan Van Der Waals
Johannes
Diderik van der Waals (23 November 1837 – 8 Maret 1923) ialah ilmuwan Belanda
yang terkenal “atas karyanya pada persamaan gas cairan”, sehingga ia
memenangkan Penghargaan Nobel dalam Fisika pada 1910. van der Waals adalah yang
pertama menyadari perlunya mengingat akan volume molekul dan gaya antarmolekul
(kini disebut “gaya van der Waals”) dalam mendirikan hubungan antara tekanan,
volume, dan suhu gas dan cairan.
Gaya
van der Waals dalam ilmu kimia merujuk pada jenis tertentu gaya antar molekul.
Istilah ini pada awalnya merujuk pada semua jenis gaya antar molekul, dan
hingga saat ini masih kadang digunakan dalam pengertian tersebut, tetapi saat
ini lebih umum merujuk pada gaya-gaya yang timbul dari polarisasi molekul
menjadi dipol.
Gaya
Van Der Waals terjadi akibat interaksi antara molekul-molekul non polar (Gaya
London), antara molekul-molekul polar (Gaya dipole-dipol) atau antara molekul
non polar dengan molekul polar (Gaya dipole-dipol terinduksi). Ikatan Van Der
Waals terdapat antar molekul zat cair atau padat dan sangat lemah. Gaya Van Der
Waals dahulu dipakai untuk menunjukkan semua jenis gaya tarik-menarik antar
molekul. Namun kini merujuk pada pada gaya-gaya yang timbul dari polarisasi
molekul yang terlemah menjadi dipole seketika. Pada saat tertentu,
moleku-molekul dapat berada dalam fase dipole seketika ketika salah satu muatan
negative berada di sisi tertentu. Dalam keadaan dipol ini, molekul dapat menarik
atau menolak electron lain dan menyebabkan atom lain menjadi dipole. Gaya tarik
menarik yang muncul sesaat ini merupakan gaya Van Der Waals.
Karena
gaya ini sangat lemah maka zat yang mempunyai ikatan van der waals akan
mempunyai titik didih yang sangat rendah. Meskipun demikian gaya van der waals
bersifat permanen dan lebih kuat dari gaya london. Contoh gaya van der waals
terdapat pada senyawa hidrokarbon. Misalnya pada senyawa CH4.
Perbedaan keelektronegatifan C (2,5) dengan H (2,1) sangat kecil, yaitu sebesar
0,4.
Senyawa-senyawa
yang mempunyai ikatan van der waals akan mempunyai titik didih sangat rendah,
tetapi dengan bertambahnya Mr Ikatan akan makin kuat sehingga titik didih lebih
tinggi. Contohnya, titik didih C4H10>C3H8>C2H6>CH4.
Contoh lainnya terdapat pada Br2 dan I2. Br2
berwujud cair tetapi mudah menguap dan I2 berwujud gas tetapi mudah
menyublim. Hal ini disebabkan karena ikatan antara molekul Br2 dan I2
adalah ikatan van der waals.
Kristal Molekul
Dalam
bentuk gas (seperti N2, O2, CL2) dan hampir semua zat organic berupa
molekul-molekul tunggal dengan ikatan kovalen. Gaya tarik antara
molekul-molekul ino sangat lemah. Hal ini terbukti dari kenyataan bahwa gas-gas
nyata tidak mengikuti hokum gas ideal :
PV = nRT
Gaya antar molekul ini
disebut gaya Van Der Waals. Dengan adanya gaya-gaya ini memberikan koreksi pada
persamaan ideal untuk gaya sejati.
Dimana :
P = Tekanan Gas
V = Volume gas
T = Temperatur (K)
a dan b = tetapan
R = Tetapan Gas Umum
Dalam
keadaan cair dan keadaan padat, gaya-gaya ini lebih besar. Seperti telah
dijelaskan, zat-zat di atas membentuk Kristal molekuler. Satuan-satuan dalam
Kristal molekuler seperti chlor, benzene, dsb. Untuk atom atau molekul-molekul
kecil, struktur kristalnya biasanya tersusun rapat (close packed) karena gaya
Van Der Waals tidak mempunyai arah dalam ruang. Struktur ini terdapat pada
gas-gas mulia, Halogen, H2, N2, 02, CO2,
HCl, HBr, CH4, C2H6, NH3, PH3,
dan H2S.
Klasifikasi Gaya Van der Waals
Gaya Van Der Walls dapat
dibagi berdasarkan jenis kepolaran molekulnya, yaitu :
1. Interaksi ion – dipole
Gaya
antarmolekul ini terjadi antara ion dan senyawa kovalen polar. Ketika
dilarutkan dalam senyawa kovalen polar, senyawa ion akan terionisasi menjadi ion
positif dan ion negatif. Ion positif akan tarik menarik dengan dipol negatif,
dan sebaliknya. Selain gaya ion-dipol, juga dikenal gaya ion-dipol sesaat,
dimana terjadi dari interaksi antar gaya dipol-dipol terinduksi dengan gaya
ion-dipol. Jika ion dari senyawa ion berdekatan dengan molekul nonpolar, ion
tersebut dapat menginduksi dipol molekul nonpolar. Dipol terinduksi molekul
nonpolar yang dihasilkan akan berikatan dengan ion.
Gaya Ion-dipol
Interaksi
ion – dipol merupakan interaksi (berikatan) / tarik menarik antara ion dengan
molekul polar (dipol). Interaksi ini termasuk jenis interaksi yang relatif
cukup kuat.
Contoh :
H+ + H2O
→ H3O+
Ag+ + NH3 → Ag(NH3)+
Sebagai contoh, NaCl
(senyawa ion) dapat larut dalam air (pelarut polar) dan AgBr (senyawa ion)
dapat larut dalam NH3 (pelarut polar).
2.
Interaksi dipol – dipol
Interaksi
dipol – dipol merupakan interaksi antara sesama molekul polar (dipol).
Interaksi ini terjadi antara ekor dan kepala dimana jika berlawanan kutub maka
akan tarik-menarik dan sebaliknya.
Tanda “+” menunjukkan dipol
positif, tanda “-” menunjukkan dipol negatif
Molekul
seperti HCl memiliki dipol permanen karena klor lebih elektronegatif
dibandingkan hidrogen. Kondisi permanen ini, pada saat pembentukan dipol akan
menyebabkan molekul saling tarik menarik satu sama lain. Molekul yang memiliki
dipol permanen akan memiliki titik didih yang lebih tinggi dibandingkan dengan
molekul yang hanya memiliki dipol yang berubah-ubah secara sementara.
Agak
mengherankan dayatarik dipol-dipol agak sedikit dibandingkan dengan gaya
dispersi, dan pengaruhnya hanya dapat dilihat jika kamu membandingkan dua atom
dengan jumlah elektron yang sama dan ukuran yang sama pula. Sebagai contoh,
titik didih etana, CH3CH3, dan fluorometana, CH3F.
Keduanya
memiliki jumlah elektron yang identik, dan ukurannya hampir sama – seperti yang
terlihat pada diagram. Hal ini berarti bahwa gaya dispersi kedua molekul adalah
sama. Titik didih fluorometana yang lebih tinggi berdasarkan pada dipol
permanen yang besar yang terjadi pada molekul karena elektronegatifitas fluor
yang tinggi. Akan tetapi, walaupun
memberikan polaritas permanen yang besar pada molekul, titik didih hanya
meningkat kira-kira 10°.
Berikut
ini contoh yang lain yang menunjukkan dominannya gaya dispersi. Triklorometan,
CHCl3, merupakan molekul dengan gaya dispersi yang tinggi karena
elektronegatifitas tiga klor. Hal itu menyebabkan dayatarik dipol-dipol lebih
kuat antara satu molekul dengan tetangganya. Dilain pihak, tetraklorometan, CCl4,
adalah non polar. Bagian luar molekul tidak seragam – in pada semua arah. CCl4
hanya bergantung pada gaya disperse.
3.
Interaksi ion – dipol
terinduksi
Interaksi
ion – dipol terinduksi merupakan interaksi antara aksi ion dengan dipol
terinduksi. Dipol terinduksi merupakan molekul netral yang menjadi dipol akibat
induksi partikel bermuatan yang berada didekatnya. Partikel penginduksi
tersebut dapat berupa ion atau dipol lain dimana kemampuan menginduksi ion
lebih besar daripada kemampuan menginduksi dipol karena muatan ion yang juga
jauh lebih besar. Interaksi ini relatif lemah karena kepolaran molekul
terinduksi relatif kecil daripada dipol permanen.
Contoh : I–
+ I2 → I3
4.
Interaksi dipol – dipol
terinduksi
Suatu
molekul polar yang berdekatan dengan molekul nonpolar, akan dapat menginduksi
molekul nonpolar. Akibatnya. Molekul nonpolar memiliki dipol terinduksi. Dipol dari molekul polar akan saling
tarik-menarik dengan dipol terinduksi dari molekul nonpolar. Contohnya terjadi
pada interaksi antara HCl (molekul polar) dengan Cl2 (molekul nonpolar).
5.
Interaksi dipol terinduksi
– dipol terinduksi
Mekamisme terjadinya interaksi
dipol terinduksi – dipol terinduksi :
Pasangan
elektron suatu molekul, baik yang bebas maupun yang terikat selalu bergerak
mengelilingi inti elektron yang bergerak dapat mengimbas atau menginduksi
sesaat pada tetangga sehingga molekul tetangga menjadi polar terinduksi
sesaat molekul ini pula dapat menginduksi molekul tetangga lainnya
sehingga terbentuk molekul-molekul dipol sesaat. Kemampuan menarik yang dimiliki
suatu elektron disebut dengan gaya tarik-menarik. Adanya gaya tarik-menarik ini
memungkinkan terjadinya suatu ikatan. Ikatan kimia terjadi karena adanya
kecenderungan atom untuk memenuhi rumus duplet dan oktet dalam konfigurasi
elektronnya. Kecenderungan ini menyebabkan atom memiliki kemampuan yang berbeda
dalam menarik elektron.
Terdapat
3 jenis gaya tarik menarik antar molekul, yaitu gaya London, gaya
tarik dipol-dipol dan gaya yang ditimbulkan oleh ikatan hidrogen. Semuanya akan
kita bahas satu persatu.
1.
Gaya London
Elektron
pada suatu atom mengalami pergerakan dalam orbital. Pergerakan atau perpindahan
elektron pada suatu atom dapat mengakibatkan tidak meratanya kepadatan elektron
pada atom, sehingga atom tersebut mempunyai satu sisi dipol dengan muatan lebih negatif dibandingkan sisi yang lain.
Pergerakan ini menimbulkan dipol sesaat. Gambar 3. menggambarkan perbedaan
sebaran elektron pada orbital normal dan orbital yang mengalami dipol sesaat.
Adanya dipol sesaat menyebabkan molekul yang bersifat non-polar menjadi
bersifat agak polar.
Gaya London adalah gaya tarik lemah yang disebabkan oleh adanya dipol
imbasan sesaat.
Dipol sesaat pada suatu atom dapat mengimbas atom yang berada di sekitarnya
sehingga terjadilah dipol terimbas yang menyebabkan gaya tarik-menarik antara
dipol sesaat dengan dipol terimbas. Gaya ini yang disebut sebagai Gaya
London.
|
Pergerakan elektron yang mengakibatkan dipol sesaat dalam suatu molekul
akan bertambah besar apabila molekul tersebut memiliki jumlah elektron yang
semakin besar pula. Pergerakan elektron yang mengakibatkan dipol sesaat dalam
suatu molekul disebut polarisabilitas. Jumlah elektron yang besar berkaitan
dengan massa molekul relatif (Mr) molekul tersebut, sehingga semakin besar Mr
suatu molekul, maka semakin besar polarisabilitasnya dan semakin besar pula
Gaya Londonnya. Mudahnya suatu atom untuk membentuk dipol sesaat disebut
polarisabilitas. Perhatikan contoh soal berikut untuk memahami kaitan jumlah
elektron dengan Mr dan bentuk molekul.
Gaya
London terjadi pada molekul non polar. Lantas bagaimana gaya tarik yang terjadi
pada molekul polar? Molekul polar memiliki sebaran elektron yang tidak merata
dikarenakan perbedaan keelektronegatifannya yang besar. Perbedaaan keelektronegatifan
ini menyebabkan suatu atom terbagi menjadi dua muatan (dipol), satu ujung
memiliki muatan positif dan lainnya bermuatan negatif. Terdapat kecenderungan
bahwa ujung positif akan berdekatan dengan ujung negatif atom lain di dekatnya.
Keadaan ini disebabkan adanya gaya tarik-menarik yang disebut dengan gaya tarik
dipol-dipol. Perhatikan gaya tarik dipol-dipol pada molekul polar HCl
berikut.
Gaya
tarik ini menyebabkan molekul mempunyai titik didih dan titik leleh yang
tinggi. Kekuatan gaya tarik dipol-dipol ini lebih kuat dibandingkan dengan Gaya
London pada molekul non-polar. Tabel 1.memberikan perbedaan sifat fisis antara
molekul polar dan non-polar.
Tabel 1. Perbedaan Sifat Fisis Molekul Polar dan Non-Polar
Kepolaran
|
Molekul
|
Mr
|
Titik leleh
|
Titik didih
|
non-polar
|
normal butana
|
58
|
-138,4
|
-0,5
|
polar
|
Aseton
|
58
|
-95,4
|
56,2
|
Sumber :
Mulyono, 2006, hlm. 51 & 85
|
Gaya tarik-menarik antar molekul, yaitu Gaya London dan gaya tarik
dipol-dipol bergabung untuk mengadakan ikatan antarmolekul. Gabungan kedua gaya
ini disebut sebagai Gaya Van der Walls. Gabungan dua gaya tarik-menarik, yaitu
Gaya London dan gaya tarik dipol-dipol disebut sebagai Gaya Van der Walls
3. Ikatan Hidrogen
Apabila kita perhatikan keelektronegatifan dari unsur H2O,
HF, dan NH3, atom H mempunyai sifat sangat positif, sedangkan
atom O, F, dan N mempunyai sifat sangat negatif. Perbedaan keelektronegatifan
yang besar ini menyebabkan atom H terikat kuat pada atom O, F dan N. Ikatan ini
yang disebut sebagai ikatan hidrogen. Perhatikan data Mr dan perbedaan
keelektronegatifan dari beberapa molekul pada Tabel 2. di bawah ini.
Tabel 2. Mr dan Perbedaan Elektronegativitas Beberapa Molekul
Senyawa
|
Mr
|
Perbedaan
Keelektronegatifan
(eV)
|
HF
|
20
|
2,8
|
HCl
|
36,5
|
1,0
|
HBr
|
81
|
0,8
|
HI
|
128
|
0,5
|
Bandingkan elektronegativitas unsur-unsur dalam satu golongan, seperti yang
tertulis pada Tabel 2. Tabel ini menunjukkan bahwa dalam satu golongan, yakni
golongan VIIA, kemampuan menarik dari atom H lebih efektif pada unsur dengan Mr
yang lebih kecil, karena perbedaan elektronegativitasnya yang tinggi. Padahal
secara teoritis, semakin besar Mr semakin besar pula elektronegativitasnya.
Mengapa bisa demikian? Kasus penyimpangan tersebut disebabkan oleh adanya
ikatan hidrogen. Gaya yang dihasilkan oleh ikatan hidrogen lebih kuat
dibandingkan Gaya Van der Walls. Pada unsur-unsur golongan VII dalam Tabel 2.
terbentuk ikatan hidrogen yang kuat dan menyebabkan penyimpangan sifat fisis
pada molekul sehingga molekul dengan ikatan hidrogen mempunyai titik didih yang
relatif tinggi.
4. Pengaruh Gaya Antar Molekul terhadap Sifat Fisis Senyawa
Gaya tarik-menarik antara muatan positif dari dipol
yang satu dengan muatan negatif dari dipol yang lain akan menentukan sifat fisis
molekul, seperti titik didih dan titik beku. Gaya tarik-menarik juga menentukan
bagaimana wujud suatu molekul, apakah berupa padatan, cair atau uap. Gaya
tarik-menarik yang besar antaratom memungkinkan molekul pada suhu tertentu
berbentuk padatan. Pada keadaan gas, molekul berdiri sendiri dan tidak ada gaya
tarik-menarik antarmolekul. Pada keadaan cair, akan dibutuhkan lebih sedikit
gaya tarik-menarik antarmolekul dibandingkan keadaan padatnya.
Perubahan
bentuk molekul padatan menjadi cair memerlukan energi yang
besar untuk mengimbangi gaya tarik-menarik tersebut. Energi ini ditunjukkan
dengan titik cair (titik leleh) molekul. Begitu pula untuk menguapkan molekul
yang berupa cairan, diperlukan energi yang ditunjukkan dengan titik didih.
Maka, apabila gaya tarik antarmolekul besar, semakin besar pula titik didihnya.
Titik beku menunjukkan besarnya energiyang dibutuhkan molekul untuk berikatan. Besarnya titik beku sebanding
dengan gaya yang terjadi antar molekulnya. Perhatikan contoh soal berikut agar
kalian lebih paham.
Sumber :
Terimakasih materinya ya..Maaf, bagaimana gaya Van Deer Waall dapat terjadi pada molekul yang telah stabil ya..trmksh
BalasHapusTerima kasih atas pemaparannya. Saya ingin bertanya, Apa faktor yang menyebabkan gaya van der waals tersebut? mohon untuk dijawab. terima kasih
BalasHapusTerima kasih atas materinya sangat bermanfaat
BalasHapusIya sama.sama.. Trimkasih jga atas kunjungannya
BalasHapusterima kasih atas materinya, tetapi saya ingin bertanya apa bedanya gaya van deer wals dengan gaya london?
BalasHapusterimakasih atas materinya, sangat membantu :)
BalasHapusIya sama.sama.. Trimkasih jga atas kunjungannya
BalasHapusTerima kasih, materinya dapat dijadikan referensi
BalasHapus